Senin, 07 Mei 2012

Riwayah Hidup Imam As-Syafi’i Rhm.

 Namanya adalah Muhammad bin Idris bin Al-Abbas bin Utsman bin Syafi’I bin As-Saib binUbaid bin Abdi Yazid bin Hasyim bin Al Muthalib bin Abdi Manaf bin Qushay bin Kilab binMurrah bin Ka’ab bin Lu’ai bin Ghalib. Nama panggilannya adalah Abu Abdillah.Beliau dilahirkan di Gaza tahun 150 Hijriyah pada tahun dimana Imam Abu Hanifah An Nu’manmeninggal. Ayahnya meninggal dalam usia muda, sehingga Muhammad bin Idris As-Syafi’Imenjadi yatim dalam asuhan ibunya. Pada usia 7 tahun ia sudah hafal Al-Qur’an 30 juz, padausia 10 tahun (menurut riwayat lain, 13 tahun) ia hafal kitab
 Al-Muwaththa`
karya Imam Malik dan pada usia 15 tahun (menurut riwayat lain, 18 tahun) ia sudah dipercayakan untuk berfatwaoleh gurunya Muslim bin Khalid az-Zanji.
Awal Menuntut Ilmunya
 Imam As-Syafi’I berkata, “Aku adalah seorang yatim dibawah asuhan ibuku. Ibuku tidak mempunyai uang untuk membayar seorang guru untuk mengajariku. Namun seorang guru telahmengizinkanku belajar dengannya ketika ia mengajar. Tatkala aku selesai meng
-khatam
-kan al-Qur’an, aku lalu masuk masjid untuk mengikuti pelajaran yang disampaikan para ulama. Dalam pengajian itu, aku menghafalkan hadits dan permasalahan-permasalahan agama. Akibatkemiskinanku, ketika aku melihat tulang yang menyerupai papan, maka tulang itu aku ambiluntuk menulis hadits dan beberapa permasalahan agama.”Imam An-Nawawi membahas tentang Imam Syafi’I yang secara ringkasnya adalah sebagai berikut: “Imam Syafi’I memperdalam fiqh dari Muslim bin Khalid Az-Zanji dan imam-imamMakkah yang lain. Kemudian dia pindah ke Madinah dengan tujuan berguru kepada AbuAbdillah Malik bin Anas. Ketika di Madinah, Imam Malik bin Anas memperlakukan As-Syafi’Idengan mulia karena nasab, ilmu, analisis, akal dan budi pekertinya. Imam As-Syafi’I kemudianmembaca dengan cara menghafal kitab Al-Muwaththa’ (karya Imam Malik) kepada Imam Malik.Mendengar bacaanya terhadap Al Muwaththa’ ini, Imam Malik merasa kagum sehingga diameminta agar Imam As-Syafi’I untuk membacanya kembali. Setelah berapa lama bersama ImamMalik, akhirnya dia berkata kepada As-Syafi’I, “Bertakwalah kamu kepada Allah. Sesungguhnyakamu dimasa mendatang akan memiliki sesuatu yang agung.” Dalam suatu riwayat disebutkan bahwa Imam malik berkata kepada Imam As-Syafi’I, “Sesungguhnya Allah Ta’ala telahmenyinari hatimu dengan nurNya, maka jangan padamkan nurNya dengan berbuat maksiat.”Setelah berguru dengan Imam Malik, Imam As-Syafi’I lalu pindah ke Yaman. Dari Yaman, dialalu pindah ke Irak untuk menyibukkan dirinya dalam ilmu agama. Selama tinggal di Irak ini, diamenghasilkan kitab yang bernama  Kitab Al-Hujjah yang kemudian dikenal Qaul Qadim
ImamAs-Syafi’i. Pada tahun 199 Hijriyah, dia meninggalkan Irak menuju Mesir. Semua karyanya yang dikenal dengan  Qaul Jadid ditulis di Mesir. Ketika di Mesir inilah nama Imam As-Syafi’I
 
 banyak disebut-sebut orang sehingga dirinya menjadi tujuan banyak orang untuk menimba ilmu, baik yang berasal dari Irak, Syam, maupun Yaman.”
Akhlaknya
Ar Rabi’ bin Sulaiman mengatakan bahwa Imam Syafi’I membagi malam menjadi tiga bagian:sepertiga pertama untuk menulis, sepertiga kedua untuk shalat dan sepertiga terakhir untuk tidur.Imam Syafi’I merupakan seseorang yang sangat dermawan terhadap setiap orang. Al-Humaidimengatakan bahwa Imam Syafi’I dari daerah Sin’an ke Makkah dengan membawa sepuluh ribudinar ditangannya. Dia lalu mendirikan tenda diluar kota Makkah, sehingga orang-orang berdatangan meminta uang tersebut. Sebelum gelap malam tiba, maka uang itu telah habis tanpatersisa sedikit pun.Ar-Rabi’ memberitahukan bahwa ada seseorang yang telah mengambil keledai milik ImamSyafi’i. lalu dia berkata, “Wahai Rabi’, berikanlah kepada pencuri itu empat dinar dan suruh diaminta maaf padaku.”
Guru dan Murid-muridnya
Guru-guru Imam Syafi’I diantaranya: Muslim bin Khalid Az Zanji, Imam Malik bin Anas,Sufyan bin ‘Uyainah, Hatim bin Isma’il.Murid-muridnya: Sulaiman bin Dawud Al Hasyimi, Abu Tsaur Ibrahim bin Khalid, ImamAhmad bin Hambal, Ar Rabi’ bin Sulaiman Al Jizi.
Karya-karyanya
Al Baihaqi dalam Manaqib Asy Syafi’I mengatakan bahwa Imam Syafi’I telah menghasilkansekitar 140-an kitab, baik dalam Ushul maupun Furu’.Karya-karyanya antara lain: kitab
 Al Umm
,
 As Sunan Al Ma’tsurah
,
 Ar Risalah
,
Al Fiqh Al  Akbar
.
Kecerdasannya
Dihikayatkan bahwa ada sebagian ulama terkemuka di Iraq yang merasa dengki dan iri hatiterhadap Imam asy-Syafi’i dan berupaya untuk menjatuhkannya. Hal ini dikarenakan keunggulan
 
Imam asy-Syafi’i atas mereka di dalam ilmu dan hikmah, di samping karena beliau mendapatkantempat yang khusus di hati para penuntut ilmu sehingga mereka begitu antusias menghadirimajlisnya saja dan merasa begitu puas dengan pendapat dan kapasitas keilmuannya. Karena itu, para pendengki tersebut bersepakat untuk menjatuhkan Imam asy-Syafi’i. Caranya, mereka akanmengajukan beberapa pertanyaan yang rumit dalam bentuk teka-teki untuk mengujikecerdasannya dan seberapa dalam ilmunya di hadapan sang khalifah yang baik, Harun ar-Rasyid. Khalifah memang sangat menyukai Imam asy-Syafi’i dan banyak memujinya. Setelahmenyiapkan beberapa pertanyaan tersebut, para pendengki tersebut memberitahu sang khalifah perihal keinginan mereka untuk menguji Imam asy-Syafi’i. Sang khalifah pun hadir danmendengar langsung lontaran beberapa pertanyaan tersebut yang dijawab oleh Imam asy-Syafi’idengan begitu cerdas dan amat fasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar