Jumat, 14 Desember 2012

Biografi Syekh Ihsan Dahlan Al-Jampesi


Syaikh Ihsan lahir pada 1901 M. dengan nama asli Bakri, dari pasangan KH. Dahlan dan Ny. Artimah. KH. Dahlan, ayah Syaikh Ihsan, adalah seorang kiai yang tersohor pada masanya; dia pula yang merintis pendirian Pondok Pesantren Jampes pada tahun 1886 M.
Tidak banyak yang dapat diuraikan tentang nasab Syaikh Ihsan dari jalur ibu. Yang dapat diketahui hanyalah bahwa ibu Syaikh Ihsan adalah Ny. Artimah, putri dari KH. Sholeh Banjarmelati-Kediri. Sementara itu, dari jalur ayah, Syaikh Ihsan adalah putra KH. Dahlan putra KH. Saleh, seorang kiai yang berasal dari Bogor Jawa Barat, yang leluhurnya masih mempunyai keterkaitan nasab dengan Sunan Gunung jati (Syayrif Hidayatullah) Cirebon.
Terkait dengan nasab, yang tidak dapat diabaikan adalah nenek Syaikh Ihsan (ibu KH. Dahlan) yang bernama Ny. Isti’anah. Selain Ny. Isti’anah ini memiliki andil besar dalam membentuk karakter Syaikh Ihsan, pada diri Ny. Isti’anah ini pula mengalir darah para kiai besar. Ny. Isti’anah adalah putrid dari KH. Mesir putra K. Yahuda, seorang ulama sakti mandraguna dari Lorog Pacitan, yang jika urutan nasabnya diteruskan akan sampai pada Panembahan Senapati, pendiri Kerajaan Mataram pada abad ke-16. Itu dari jalur ayah. Adapun dari jalur ibu, Ny. Isti’anah adalah cicit dari Syaikh Hasan Besari, seorang tokoh masyhur dari Tegalsari Ponorogo yang masih keturunan Sunan Ampel Surabaya.
Berikut bagan nasab Syaikh Ihsan Jampes
Ny. Isti’anah + KH. Saleh
Pertumbuhan dan Rihlah ‘Ilmiah
Syaikh Ihsan kecil, atau sebut saja Bakri kecil, masih berusia 6 tahun ketika kedua orang tuanya memutuskan untuk bercerai. Setelah perceraian itu, Bakri kecil tinggal dilingkungan pesantren bersama sang ayah, KH. Dahlan, dan diasuh oleh neneknya, Ny. Isti’anah.
Semasa kecil, Bakri telah memiliki kecerdasan pikiran dan terkenal memiliki daya ingat yang kuat. Ia juga tekun membaca buku, baik yang berupa kiatab-kitab agama maupun bidang lain, termasuk majalah dan Koran. Selain itu, satu hal yang nyeleneh adalah kesukaannya menonton wayang. Di mana pun pertunjukan wayang digelar, Bakri kecil akan mendatanginya; tak peduli apakah seorang dalang sudah mahir ataukah pemula. Karena kecerdasan dan penalarannya yang kuat, ia menjadi paham benar berbagai karakter dan cerita pewayangan. Bahkan, ia pernah menegur dan berdebat dengan seorang dalang yang pertujukan wayangnya melenceng dari pakem.
Kebiasan Bakri kecil yang membuat risau seluruh keluarga adalah kesukaannya berjudi. Meski judi yang dilakukan Bakri bukan sembarang judi, dalam arti Bakri berjudi hanya untuk membuat kapok para penjudi dan Bandar judi, tetap saja keluarganya merasa bahwa perbuatan Bakri tersebut telah mencoreng nama baik keluarga. Adalah Ny. Isti’anah yang merasa sangat prihatin dengan tingkah polah Bakri, suatu hari mengajaknya berziarah ke makam para leluhur, khususnya makam K. Yahuda di Lorog Pacitan. Di makam K. Yahuda inilah Ny. Isti’anah mencurahkan segala rasa khawatir dan prihatinnya atas kebandelan cucunya itu.
Konon, beberapa hari setelah itu, Bakri kecil bermimpi didatangi oleh K. Yahuda. Dalam mimpinya, K. Yahuda meminta Bakri untuk menghentikan kebiasaan berjudi. Akan tetapi, Karena Bakri tetap ngeyel, K. Yahuda pun bersikap tegas. Ia mengambil batu besar dan memukulnya ke kepala Bakri hingga hancur berantakan. Mimpi inilah yang kemudian menyentak kesadaran Bakri; sejak saat itu ia lebih kerap menyendiri, merenung makna keberadaannya di dunia fana.
Setelah itu, untuk pertama kali dalam hidupnya, ia keluar dari pesantren ayahnya untuk melalalng buana mencari ilmu dari satu pesantren ke pesantren lain. Beberapa pesantren yang sempat disinggahi oleh Bakri diantaranya:
1. Pesantren Bendo Pare Kediri asuhan KH. Khozin (paman Bakri sendiri),
2. Pondok Pesantren Jamseran Solo,
3. Pondok Pesantren asuhan KH. Dahlan Semarang,
4. Pondok Pesantren Mangkang Semarang,
5. Pondok Pesantren Punduh Magelang
6. Pondok Pesantren Gondanglegi Nganjuk,
7. Pondok Pesantren Bangkalan Madura asuhan KH. Kholil, sang ‘Guru Para Ulama’.
Yang unik dari rihlah ‘ilmiah yang dilakukan Bakri adalah bahwa ia tidak pernah menghabiskan banyak waktu di pesantren-pesantren tersebut. Misalnya, untuk belajar Alfiah Ibnu Malik dari KH. Kholil Bangkalan, ia hanya menghabiskan waktu dua bulan; belajar falak kepada KH. Dahlan Semarang ia hanya tinggal di pesantrennya selama 20 hari; sedangkan di Peantren Jamseran ia hanya tinggal selama satu bulan. Namun demikian, ia selalu berhasil menguasai dan ‘memboyong’ ilmu para gurunya tersebut dengan kemampuan di atas rata-rata.
Satu lagi yang unik, di setiap pesantren yang ia singgahi, Bakri selalu ‘menyamar’. Ia tidak mau dikenal sebagai ‘gus’ (sebutan anak kiai); tidak ingin diketahui identitas aslinya sebagai putra kiai tersohor, KH. Dahlan Jampes. Bahkan, setiap kali kedoknya terbuka sehingga santri-santri tahu bahwa ia adalah gus dari Jampes, dengan serta merta ia akan segera pergi, ‘menghilang’ dari pesantren tersebut untuk pindah pesantren lain.
Mengasuh Pesantren dan Masyarakat
Pada 1926, Bakri menunaikan ibadah haji. Sepulang dari Makkah, namanya diganti menjaid Ihsan. Dua tahun kemudian, Ihsan berduka karena sang ayah, KH. Dahlan, dipanggil oleh Allah SWT. Semenjak itu, kepemimpinan PP Jampes dipercayakan kepada adik KH. Dahlan, yakni KH. Kholil (nama kecilnya Muharror). Akan tetapi, dia mengasuh Pesantren Jampes hanya selama empat tahun. Pada 1932, dengan suka rela kepemimpinan Pesantren Jampes diserahkannya kepada Ihsan. Sejak saat itulah Ihsan terkenal sebagai pengasuh Pesantren Jampes.
Ada banyak perkembangan signifikan di Pesantren Jampes setelah Syaikh Ihsan diangkat sebagai pengasuh. Secara kuantitas, misalnya, jumlah santri terus bertambah dengan pesat dari tahun ke tahun (semula ± 150 santri menjadi ± 1000 santri) sehingga PP Jampes harus diperluas hingga memerlukan 1,5 hektar tanah. Secara kualitas, materi pelajaran juga semakin terkonsep dan terjadwal dengan didirikannya Madrasah Mafatihul Huda pada 1942.
Sebagai seorang kiai, Syaikh Ihsan mengerahkan seluruh perhatian, pikiran dan segenap tenaganya untuk ‘diabdikan’ kepada santri dan pesantren. Hari-harinya hanya dipenuhi aktivitas spiritual dan intelektual; mengajar santri (ngaji), shalat jama’ah, shalat malam, muthola’ah kitab, ataupun menulis kitab. Meskipun seluruh waktunya didesikannya untuk santri, ternyata Syaikh Ihsan tidak melupakan masyarakat umum. Syaikh Ihsan dikenal memiliki lmu hikmah dan menguasai ketabiban. Hampir setiap hari, di sela-sela kesibukannya mengajar santri, Syaikh Ihsan masih sempat menerima tamu dari berbagai daerah yang meminta bantuannya.
Pada masa revolusi fisik 1945, Syaikh Ihsan juga memiliki andil penting dalam perjuangan bangsa. PP Jampes selalu menjadi tempat transit para pejuang dan gerilyawan republik yang hendak menyerang Belanda; di Pesantren Jampes ini, mereka meminta doa restu Syaikh Ihsan sebelum melanjutkan perjalanan. Bahkan, beberapa kali Syaikh Ihsan turut mengirim santri-santrinya untuk ikut berjuang di garis depan. Jika desa-desa di sekitar pesantren menjadi ajang pertempuran, penduduk yang mengungsi akan memilih pp jampes sebagai lokasi teraman, sementara Syaikh Ihsan membuka gerbang pesantrenya lebar-lebar.
Wafat dan Warisan Syaikh Ihsan
Senin, 25 Dzul-Hijjah 1371 H. atau September 1952, Syaikh Ihsan dipanggil oleh Allah SWT, pada usia 51 tahun. Dia meninggalkan ribuan santri, seorang istri dan delapan putra-puteri. Tak ada warisan yang terlalu berarti dibandingkan dengan ilmu yang telah dia tebarkan, baik ilmu yang kemudian tersimpan dalam suthur (kertas: karya-karyanya yang ‘abadi’) maupun dalam shudur (memori: murid-muridnya).
Beberapa murid Syaikh Ihsan yang mewarisi dan meneruskan perjuangannya dalam berdakwah melalui pesantren adalah:
(1) Kiai Soim pengasuh pesantren di Tangir Tuban;
(2) KH. Zubaidi di Mantenan Blitar;
(3) KH. Mustholih di Kesugihan Cilacap;
(4) KH. Busyairi di Sampang Madura;
(5) K. Hambili di Plumbon Cirebon;
(6) K. Khazin di Tegal, dan lain-lain.
Sumbangan Syaikh Ihsan yang sangat besar adalah karya-karya yang ditinggalkannya bagi masyarakat muslim Indonesia, bahkan umat Islam seluruh dunia. Sudah banyak pakar yang mengakui dan mengagumi kedalaman karya-karya Syaikh Ihsan, khususnya masterpiecenya, siraj ath-Thalibin, terutama ketika kitab tersebut diterbitkan oleh sebuah penerbit besar di Mesir, Musthafa al-Bab- al-Halab. Sayangnya, di antara kitab-kitab karangan Syaikh Ihsan, baru siraj ath-Thalibinlah yang mudah didapat. Itu pun baru dapat dikonsumsi oleh masyarakat pesantren sebab belum diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
Berikut daftar karya Syaikh Ihsan Jampes yang terlacak:
  1. Tashrih al-Ibarat (syarah dari kitab Natijat al-Miqat karya KH. Ahmad Dahlan Semarang), terbit pada 1930 setebal 48 halaman. Buku ini mengulas ilmu falak (astronomi).
  2. siraj ath-Thalibin (syarah dari kitab Minhaj al-Abidin karya Imam al-Ghazali), terbit pada 1932 setebal ± 800 halaman. Buku ini mengulas tasawuf.
  3. Manahij al-Imdad (syarah dari kitab Irsyad al-‘Ibad karya Syaikh Zainudin al-Malibari), terbit pada 1940 setebal ± 1088 halaman, mengulas tasawuf.
  4. Irsyad al-Ikhwan fi Bayan Hukmi Syurb al-Qahwah wa ad-Dukhan (adaptasi puitik [plus syarah] dari kitab Tadzkirah al-Ikhwan fi Bayani al-Qahwah wa ad-Dukhan karya KH. Ahmad Dahlan Semarang), t.t., tebal ± 50 halaman. Buku ini berbicara tentang polemik hokum merokok dan minum kopi.

Kamis, 13 Desember 2012

Biografi KH. Mushlih Bin H. Abdurrozi Azamatkhon


SILSILAH NASAB

SARSILAH RDK.H.MUSHLIH AZAMATKHON KARAWANG DARI PIHAK AYAH VERSI BANY HASYIM :

NABI MUHAMMAD SAW. nikah dengan SAYYIDAH KHODIJAH AL-KUBRO berputra :
SAYYIDAH FATIMAH AZ-ZAHRO nikah dengan  SAYYIDINA ALI BIN ABY THOLIB KWH. berputra :
IMAM MAULANA HUSAIN AS. berputra :
IMAM A`LI ZAINAL ABIDIN AS-SAJJAD , berputra :
IMAM MUHAMMAD BAQIR , berputra :
IMAM JA`FAR SHODIQ , berputra :
IMAM A`LI U`ROIDHY , berputra :
IMAM MUHAMMAD NAQIIB, berputra :
IMAM I`SA AR-RUMY , berputra :
IMAM AHMAD AL-MUHAAJIR , berputra :
IMAM U`BAIDILLAH , berputra :
IMAM A`LWI , berputra :
IMAM MUHAMMAD , berputra :
IMAM A`LWI TSANI , berputra :
IMAM A`LI KHOLI` QOSAM , berputra :
IMAM MUHAMMAD SHOHIB MARBATH , berputra :
IMAM A`LWI TSALITS , berputra :
IMAM ABDUL MALIK AZAMATKHON , berputra :
IMAM ABDULLAH AZAMATKHON , a Puputra :
IMAM AHMAD SYAH JALAAL AZAMATKHON , berputra :
IMAM JAMAALUDDIN HUSAIN AZAMATKHON , berputra :
IMAM BARKAT ZAINUL A`LAM AZAMATKHON , berputra :
IMAM A`LI NURUL A`LAM AZAMATKHON , berputra :
RAJA ABDULLAH AZAMATKHON , berputra :
SUNAN GUNUNG JATI RADEN SYARIF HIDAYATULLOH CIREBON, berputra :                SULTAN  SABAKINGKIN MAULANA HASANUDDIN, berputra :                                            SULTAN MAULANA YUSUF, berputra :                                                                                        MAULANA MUHAMMAD NASIRUDDIN , berputra :                                                                 SULTAN MAHMUD ABDUL MAFAHIR ( SULTAN ABDUL QODIR ) , berputra :                    SULTAN ABUL MA`ALI ( SULTAN AHMAD ) , berputra :                                                   SULTAN AGENG TIRTAYASA ABDUL FATAH, berputra :                                                          PANGERAN SAKE  ( PANGERAN SALEH ), berputra :                                                                  RD.THUBAGUS BIDIN, berputra :                                                                                                  RD.SAYIDIN , berputra :                                                                                                                  RD.H.ABDUL KARIM ( MBAH SARNEHA )  , berputra :                                                          RD.H.ABDUR ROZI ( MBAH PENGHULU KADAR ) , berputra :                                              RD.K.H.MUSHLIH AZAMATKHON

SARSILAH RDK.H.MUSHLIH AZAMATKHON KARAWANG DARI PIHAK IBU VERSI KERAJAAN PAKUAN PAJAJARAN :

PRABU SILIWANGI / SRI BADUGA MAHA RAJA ( WALIYULLOH JAYA DEWATA RADEN PAMANAH RASA ) (1459-1521M)
MAQOMNA DI RANCAMAYA NGAHIANG ( MENGHILANG  TANPA JEJAK) – BOGOR, NIKAH KA NYIMAS SUBANG LARANG / NYIMAS SEKAR KENCANA BINTI KI GEDENG TAPA  berputra :
SYARIFAH MUDA`IM NYIMAS LARA SANTANG berputra :
SUNAN GUNUNG JATI RADEN SYARIF HIDAYATULLOH CIREBON, berputra :                SULTAN  SABAKINGKIN MAULANA HASANUDDIN, berputra :                                            SULTAN MAULANA YUSUF, berputra :                                                                                        MAULANA MUHAMMAD NASIRUDDIN , berputra :                                                                 SULTAN MAHMUD ABDUL MAFAHIR ( SULTAN ABDUL QODIR ) , berputra :                    SULTAN ABUL MA`ALI ( SULTAN AHMAD ) , berputra :                                                   SULTAN AGENG TIRTAYASA ABDUL FATAH, berputra :                                                          PANGERAN SAKE  ( PANGERAN SALEH ), berputra :                                                                  RD.THUBAGUS BIDIN, berputra :                                                                                                  RD.SAYIDIN , berputra :                                                                                                                  RD.H.ABDUL KARIM ( MBAH SARNEHA )  , berputra :                                                          RD.H.ABDUR ROZI ( MBAH PENGHULU KADAR ) , berputra :                                              RD.K.H.MUSHLIH AZAMATKHON

NAMA PANGGILAN RD.K.H.MUSHLIH AZAMATKHON

Hadratus Syekh KH. Mushlih bin H. Abdurrozi yang lebih dikenal dengan panggilan Mama Ajengan Jenggot, lahir pada tahun 1905 M di Desa Loji, Kecamatan Pangkalan, Kabupaten Karawang, dari seorang ibu bernama Hj. Romlah. Ayahnya bernama H. Abdur Rozi atau yang lebih dikenal dengan panggilan Embah Penghulu Kadar. Keduanya merupakan keturunan dari Syekh Maulana Hasanudin, Banten. Semasa kecil Hadratus Syekh lebih dikenal dengan nama Den Enoh.


MASA BELAJAR

Pada awalnya beliau belajar kepada K.H. Masduki dari Waru, Pangkalan. Kemudian ke Citeko dan Cibogo, Plered. Lalu ke Pesantren Cigondewa , ke Mama Gedong (Ama Dimyati) Sukamiskin, Bandung, serta ke KH. Zaenal Mustofa, Sukamanah, Singaparna, Tasikmalaya. Sedangkan di bidang ilmu alat beliau belajar di Pesantren Sukaraja, Limbangan, Garut.

Beliau juga tercatat sebagi santri pertama Pesntren Cipasung, Tasikmalaya, karena KH. Ruchyat, pendiri pesantren tersebut bersama-sama dengan beliau belajar di Sukamanah.

Ketika KH. Ruchyat pulang dan mendirikan pesantren Cipasung, Hadratus Syekh ikut dan menjadi santri pertamanya, sekaligus menjadi ustadz / guru bagi santri baru.

Beliau juga pernah belajar ke KH. Thubagus Mansyur (Paman beliau) di Ciserang Ujung Timur, Desa Cibogo Girang, Plered, Purwakarta, untuk memperdalam ilmu silat disamping ilmu-ilmu agama, dan ilmu silat ini juga beliau dapatkan dari orang tuanya.

Dalam bidang thariqah, beliau mengambil Thariqah Qadiriyah dan bersanad ke KH. Sujai, Buah Batu, Bandung (salah seorang tokoh pendiri UNINUS Bandung), dan KH. Ja’far Shadik, Sukamiskin, tetapi tidak diketahui kepada siapa beliau berguru / mendapat ijazah thariqah, namun beliau tabaruk thariqah ke Sukamiskin, Bandung.

Dalam bidang ilmu dalail dan ilmu hikmah beliau berguru kepada Ama Ajengan (Eyang) Rende (KH. Ahmad Zakariya bin H. Muhammad Syarif), salah seorang guru yang sangat dekat dengan beliau dan pernah mukim di Masjidil Haram selama 21 tahun.


AKTIVITAS

Pada tahun 1938 Hadratus Syekh KH. Mushlih mulai mendirikan Pondok Pesantren di Telukjambe (Wisma Kerja PERURI sekarang). Mungkin ini merupakan pondok pesantren pertama di Telukjambe, bahkan di Karawang.

Satu hal yang patut diacungi jempol, beliau menidirikan pondok pesantren tanpa meminta sumbangan dari masyarakat, tetapi betul-betul dari hasil berdagang, karena beliau terkenal gesit dan tekun berdagang. Bakat dagang ini telah terlihat sejak beliau masih kecil, yaitu suka membantu neneknya berjualan ikan peda.

Beliau biasa berjualan minyak wangi dan arloji (jam tangan) dengan naik sepeda sambil keliling mengisi majelis-majelis pengajian yang tersebar di Kabupaten Karawang, antara lain ke Desa Jatiragas Kecamatan Jatisari, Desa Langseb Kecamatan Pedes dan Rawamerta (yang sekarang menjadi Pondok Pesantren Nihayatul Amal).

Konon kabarnya beliau juga pernah menjadi Penghulu di Telukjambe.

Antara tahun 1943-1945 atas panggilan gurunya, yaitu KH. Zaenal Mustofa, beliau berangkat ke Tasikmalaya dan ikut terlibat dalam perlawanan santri Singaparna melawan kolonial Jepang, yang terkenal dalam sejarah sebagai Tragedi Singaparna yang mengakibatkan gugurnya KH. Zaenal Mustofa dalam penyiksaan tentara Jepang, akibat tipu muslihat Jepang.

Sepulangnya dari Singaparna, Hadratus Syekh bersama keluarga pindah ke Loji dan santri di Telukjambe dibubarkan. Tetapi kemudian beliau mendirikan pesantren lagi di sekitar pasar Loji sekarang.

Pada tahun 1950, beliau pindah lagi ke Telukjambe (di depan Mesjid Jamie Al-Ikhlas sekarang), dan pada tahun 1976 mendirikan Mushola Al-Mushlih dengan bantuan bahan bangunan dari proyek pembangunan Asrama Kostrad 324.

Ketika PSII dan PERTI keluar dari Masyumi, NU juga keluar yang dinyatakan dalam Kongres di Palembang. Sebagai seorang Kiyai pesantren beliau mengikuti wadah NU, dan pernah datang ke H. Kustana (Ayah KH. Abdul Muhyi) berpesan supaya sejalan dalam berfikir dengan sikaf NU.

Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Hadratus Syekh KH. Mushlih layak disebut sebagai Tokoh Ulama Pejuang.

Pada hari Selasa, tanggal 15 Sya’ban 1405 H / 1985 M dalam usia ± 80 tahun, beliau dipanggil ke haribaan Allah SWT. Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun.

Sebelum wafat beliau mewakafkan sebidang tanah seluas ± 3.850 meter persegi yang disediakan bagi cucunda beliau KH. Nandang Qusyaerie, SH untuk dibangun Pondok Pesantren. Alhamdulillah, sejak tahun 1999 berdirilah secara resmi pondok pesantren dengan nama Pondok Pesantren Al-Mushlih, sebagaimana yang bapak/ibu saksikan sekarang ini.


PESAN-PESAN HADRATUS SYEKH

“Kalau kita berdo’a jangan mengingat apa yang kita inginkan (kebutuhan/hajat), tetapi kita hanya mengingat bahwa kita sedang berhadapan dengan Allah Azza wa Jalla”.

“Jika kita mendapat suatu asror (Inkisyaf), jangan tertipu oleh hal itu (jangan terpengaruh), karena tujuan kita hanya Allah".
خشوع شهود خـضورالقـلب

“Supaya tidak mandek (vacum) menjalankan ibadah ubudiyah, terus hadir hati kepada Allah, Dzikir Wahid, yaitu hanya mengingat Allah Rabbul ‘Alamin”.

“Kita harus suluk, wushul, minimal ikhlash, dan juga tabarri”.

“Kita antara qadar dan ikhtiar, itulah aqidah Ahlus sunnah wal jama’ah, yaitu aqidah yang berpegang teguh dan mengamalkan sunnah-sunnah Rasulullah SAW, para Shahabat r.a., para Tabi’in, para Ulama Salaf dan Khalaf serta para Ulama Mutaakhirin.

“Shalat itu ada yang dinamakan Shalat Qaim, yaitu shalat 5 waktu yang biasa dilaksanakan, dan Shalat Daim, yaitu shalat sepanjang masa (seumur hidup) dengan jalan senantiasa ingat kepada Allah (dzikrullah)”.




Kamis, 01 November 2012

Prabu Siliwangi seorang Muslim dan seorang Waliyullah.



SILSILAH PRABU SILIWANGI
Prabu Siliwangi seorang raja besar dari Pakuan Pajajaran seorang Muslim juga seorang Wali Allah . Putra dari Prabu Anggalarang kerajaan Gajah dari dinasti Galuh yang berkuasa di Surawisesa atau Kraton Galuh. Pada masa mudanya dikenal dengan nama Raden Pamanah Rasa. Diasuh oleh Ki Gedeng Sindangkasih, seorang juru pelabuhan Muara Jati.
Silsilah Prabu Siliwangi sebagai ke turunan ke-12 dari Maharaja Adimulia.

MAHA RAJA ADI MULYA / RATU GALUH AJAR SUKARESI nikah ka Dewi Naganingrum / Nyai Ujung Sekarjingga a Puputra :
PRABU CIUNG WANARA a Puputra :
SRI RATU PURBA SARI a Puputra :
PRABU LINGGA HIANG a Puputra :
PRABU LINGGA WESI a Puputra :
PRABU SUSUK TUNGGAL a Puputra :
PRABU BANYAK LARANG a Puputra :
PRABU BANYAK WANGI a Puputra :
PRABU MUNDING KAWATI / PRABU LINGGA BUANA a Puputra :
PRABU WASTU KENCANA ( PRABU NISKALA WASTU KANCANA ) a Puputra :
PRABU ANGGALARANG ( PRABU DEWATA NISKALA ) nikah ka Dewi Siti Samboja / Dewi Rengganis a Puputra :
SRI BADUGA MAHA RAJA ( WALIYULLOH JAYA DEWATA RADEN PAMANAH RASA ) (1459-1521M)
 ( GELAR : PRABU SILIWANGI )
 GADUH ASISTEN MAUNG BODAS TI BANGSA JIN NGARANA SI TABLO / PRABU GILING WESI SAKTI DI CURUG SAWER TALAGA MAJALENGKA MAQOM PRABU SILIWANGI DI RANCAMAYA – BOGOR ngaosna ka Syekh Quro Karawang ( Syekh Hasanuddin bin Yusuf Al-Husainy madzhab Hambaliy,

GURU PRABU SILIWANGI
1.       Syekh Quro Karawang ( Syekh Hasanuddin bin Yusuf  bani Al-Husain cucu Nabi Saw. ) dan
2.       Syekh Datuk Kahfi Cirebon yang juga dari bani Al-Husain cucu Nabi Saw.
SEKILAS SIROH / RIWAYAT HIDUP PANGERAN PAMANAH RASA ( PRABU SILIWANGI ) :
Pangeran Pamanah Rasa Menjadi Raja Di Kerajaan Gajah
Semenjak abad empat belas setelah Pangeran Anggalarang mengajarkan kembali keilmuanya untuk mejadi seorang raja, agar bisa memimpin kerajaan dan rakyat-rakyatnya, dari situ Pangeran Pamanah Rasa di angkat oleh ayahnya pangeran Anggalarang menjadi raja ke dua dari kerajaan Gajah, yang disebut-sebut kerajaan Gajah itu simbol atau tanda lambang kerajaan yang di bawa dari adat atau budaya, karena jika punya kerajaan harus tahu nama kerajaannya.

Pangeran Pamanah Rasa berkelana, dan mempunyai  Macan Putih ( dari bangsa Jin )
Pangeran Pamanah Rasa ingin mencoba keluar meninggalkan saudara-saudaranya ( yakni Prabu Rangga Pupukan dan Prabu Jaya Pupukan ) dan rakyat gajah, untuk keluar dari kerajaan gajah  guna mencari ilmu dan mengunjungi kerajaan-kerajaan yang lain sambil beliau memperkenalkan diri bahwa beliau yang memegang kerajaan Gajah, Beliau pergi sendiri tidak di kawal oleh satu orang pun padahal prajurit-prajuritnya banyak yang menawarkan diri agar di kawal, tetapi beliau tetap pergi sendiri.
Setelah beliau keluar dari hutan, beliau merasa haus lalu mencari air untuk minum. Akhirnya Pangeran Pamanah Rasa menemukan air terjun yang besar (air terjun ini
bernama curug sawer di Majalengka). Setelah beliau mendatangi air terjun tersebut Pangeran Pamanah Rasa kaget karena di sekelilingnya banyak harimau putih nan besar.
Harimau Putih tersebut menghampiri Pangeran Pamanah Rasa, sudah hampir sampai tinggal beberapa langkah lagi Harimau Putih itu mau menerkam Pangeran Pamanah Rasa.
Pangeran Pamanah Rasa memakai keilmuannya membuat gulungan angin besar, dan angin tersebut di bentuk dan dipadukan dengan air terjun yang mengalir menggunakan tenaga dalam ilmu kanuragan, di bentuklah menjadi gulungan angin dan air yang dijadikan senjata untuk melawan Harimau Putih itu ternyata tak ada pengaruhnya bagi harimau putih itu , karena harimau putih itu jelmaan dari jin ifrit, sehingga harimau putih itu menerkam Pangeran Pamanah Rasa dan Pangeran Pamanah Rasa pun menakisnya dengan gelang timah yang ada di tangannya, sehingga Harimau putih itu pun menjerit kesakitan, dari situlah  Pangeran Pamanah Rasa mengetahui kelemahan Harimau putih itu yakni dengan gelang yang terbuat dari Timah , maka dibukalah 2 gelang timah itu dari kedua tangannya, ketika harimau putih itu mau menerkam dengan gesitnya Pangeran Pamanah Rasa memasukan gelang dari timah itu ke kedua tangan Harimau putih itu dan satu gelang lagi ke kedua kaki Harimau putih itu sehingga dari situlah Harimau Putih pun kalah tak berdaya , menjerit meminta ampun kepada Pangeran Pamanah Rasa. Dari kejadian itulah Pangeran Pamanah Rasa mengetahuinya bahwa harimau putih itu bukan harimau biasa karena harimau itu bisa berbicara seperti manusia, maka Harimau Putih jadijadian yang mau mencelakakan Pangeran Pamanah Rasa itu bertobat, dan ia akan mempertanggung jawabkan semua perbuatannya yang sudah di lakukan padanya, Sebelum Pangeran Pamanah Rasa berangkat Harimau Putih jadijadian itu memberi pakaian, Karena pakaian pangeran sobek bekas pertarungan tadi. Pangeran Pamanah Rasa di kasih pakaian dari kulit harimau oleh Harimau Putih
jelmaan dari Jin itu. Harimau Putih jelmaan dari jin itu merasa kurang cukup apabila hanya memberi pakaian saja, jadi dia memutuskan untuk mengabdi kepada Pangeran Pamanah Rasa dengan mendampingi beliau.

Pangeran Pamanah Rasa kembali ke kerajaan Dengan Mongol Pati
Pangeran Pamanah Rasa perasaannya tidak tenang, beliau takut ada apa-apa sesuatu yang buruk menimpa pada kerajaannya.Pangeran Pamanah Rasa menempuh perjalanan dalam waktu tiga hari untuk sampai ke kerajaan.
Eyang Jaya Perkasa yang disuruh dan yang dititipi memegang kerajaan mendapatkan surat dari kerajaan Mongol Pati untuk masalah wilayah, surat dari kerajaan Mongol Pati, yang isi suratnya mengajak berperang. Eyang Jaya Perkasa menggantikan Pangeran Pamanah Rasa dikarenakan tiga hari lagi dari kerajaan Mongol Pati mau nyerang ke kerajaan Gajah. Secara terus menerus berlangsung dengan hebatnya, saling hantam senjata tajam dan sebagainya. Tidak lama kemudian Harimau Putih jelmaan dari jin itu mendadak keluar berhamburan entah dari mana datangnya, ada beberapa Harimau Putih muncul , menyerang prajurit Mongol Pati, tak lama kemudian prajurit kerajaan Mongol Pati mundur kocar kacir di amuk Harimau Putih, sebagian lagi mati oleh Harimau Putih.
Siang itu juga perang selesai, Harimau Putih berjejer menghadap Panglima Eyang Jaya Perkasa dan prajuritnya. Tak lama kemudian dihadapan Harimau Putih yang berbaris, Pangeran Pamanah Rasa mendadak ada disamping Harimau Putih yang lebih besar, dari sana prajurit-prajurit tertunduk nyembah kepada beliau, seketika Harimau Putih yang berbaris lenyap menghilang, tinggal satu lagi yang disamping Pangeran Pamanah Rasa.

Mengganti Nama Kerajaaan Gajah menjadi PAKUAN PEJAJARAN
Dan Membuat Simbol Senjata Kujang Yang Pertama
Pangeran Pamanah Rasa sudah menghitung nama apa yang baik untuk mengganti nama kerajaan yang sekarang. Terus beliau mempertimbangkan bersama panglimanya, kata Pangeran Pamanah Rasa
Negara kita Negara sunda, maka kita bisa disebut orang sunda, kemudian sekarang jamannya sudah agak beda bukan jaman purba lagi, memang sejak dulu kerajaan Gajah terkenal, berkat Ramahanda saya, yang masih termasuk jaman purba, dengan simbol Gajah, disatukan jadi simbol kerajaan, datang dari petunjuk yang jadi kekuatan berdirinya kerajaan Gajah. juga sama, Negara ini juga ada nama, yaitu Negara yang kita diami adalah tataran sunda yang termasuk dari simbolnya yaitu binatang yang paling buas yaitu Harimau sunda tersebut harus benar-benar dipegang oleh saya, jadi harus dipercepat membuat barang-barang yang membentuk pisau untuk ciri dari kerajaan sunda sebagai simbol yang bisa menyimpan kekuatan, buatkan pisau berbentuk Harimau sebanyak tiga buah..
Pada waktu itu juga Pangeran Pamanah Rasa menyuruh ke Eyang Jaya Perkasa untuk membuat senjata, yaitu harus menyimbolkan tataran sunda, senjata sunda yaitu pisau yang berbentuk Harimau, sebagai awal mula sejarah dibuatnya tiga senjata yang berbentuk Harimau tiga warna, yaitu kuning, hitam, putih senjata-senjata tersebut diminta untuk langsung dibuatkan.
Senjata pertama yang berwarna hitam, dibuat dari batu yang jatuh dari langit yang sering disebut meteor, yang dibakar oleh Pangeran Pamanah Rasa sendiri, dibentuk besi yang diperuntukkan untuk membuat senjata tersebut.
Senjata Kedua dibuat dari air api yang dingin, yang warnanya kuning dibekukan menjadi besi kuning.
Senjata ketiga dari besi biasa yang direndam dalam air hujan menjadi putih berkilau.
Barang sudah jadi tinggal namanya, semalam penuh Pangeran Pamanah Rasa memikirkan nama untuk barang itu, tepat ayam berkokok tepat ditemukan nama untuk ketiga barang tersebut, yaitu dengan bahasa sandi, bahasa itu sangat tepat untuk barang senjata yang sudah jadi, yaitu namanya KUJANG, dikarenakan barangnya ada tiga, beda beda warna tapi bentuknya sama disebut jadi KUJANG TIGA SERANGKAI, YANG ARTINYA BEDA-BEDA TAPI TETAP SAMA atau nama yang beda warna tapi berkaitan, dikarenakan bentuknya sama, Pangeran Pamanah Rasa bicara lagi,
Nah saya ini ada petunjuk yaitu jika dari barang sudah selesai sekarang masalah nama kerajaan, dikarenakan saya ada yang membantu yaitu bangsa jin atau Harimau Harimau ghaib, jadi saya membawa nama kerajaan dari Negara Gajah dengan kerajaan Harimau, bila disatukan maka namanya disebut PAKUAN PAJAJARAN disatukan lagi oleh barang yang tiga itu yang namanya KUJANG jadi tepat sudah, nah ditatar sunda ini lahir Kerajaan Pajajaran.
Eyang saat mengganti kerajaan ini namanya bukan untuk saya sendiri tapi untuk rakyat semua supaya ada perubahan untuk semuanya, oleh karena itu kita semua harus mengikuti jaman, sekarang sudah agak maju jamannya dikarenakan harus di iringi oleh ilmu ekonomi, hal itu dari melihat kerajaan yang lain, hal itu juga untuk merebut kerajaaan Galuh yang membayar Mongol Pati untuk menyerang kerajaan kita, jadi kita juga sama kita serang kerajaan Galuh dengan tenaga baru, prajurit Gajah dan prajurit Harimau kita satukan memakai Bahasa sandi, jadi nama ini Pajajaran. Nah begitu barangkali rencana saya,
Pangeran Pamanah Rasa bicara begitu ke panglimanya dikarenakan ingin didukung oleh panglimanya, jawab Eyang Jaya Perkasa;
Iya Pangeran, saya mengikuti, dikarenakan itu petunjuknya, laksanakan saja jangan takut dibantu oleh saya Insya Allah, nah itu jawaban Eyang Jaya Perkasa dengan menyebut Insya Allah dikarenakan Eyangnya seorang yang beragama islam beda dengan Pangerannya.
Pangeran Pamanah Sari Masuk Islam Oleh Syekh Quro
Pangeran Pamanah Rasa berganti nama menjadi Pangeran Pamanah Sari untuk menaklukan Syekh Quro ( yakni Syekh Hasanuddin bin Yusuf  dari bani Husain cucu Nabi Saw. ) atas perintah ayahandanya Prabu Anggalarang , namun waktu mau menyerang ke pesantren Quro yang berada di karawang milik Syekh Quro,  Pangeran Pamanah Sari mendengar Alunan Bacaan Al-Qur`an yang merdu sekali , sehingga penyeranganpun dibatalkan akhirnya Pangeran Pamanah Sari menyelidiki siapakah gerangan yang telah membaca Al-qur`an itu ? ternyata setelah diselidiki yang membaca Al-Qur`an itu seorang Gadis yang Cantik Jelita , sehingga Pangeran Pamanah Sari terpikat oleh kecantikannya , kemudian Pangeran Pamanah Sari mendatangi Syekh Quro untuk melamar Gadis Cantik Jelita itu, yang tadinya bertujuan menyerang jadi berbalik haluan menjadi bentuk pelamaran, namun Syekh Quro menyarankan agar mendatangi ayah aslinya yang bernama ki Gedeng Tapa,beberapa hari kemudian Pangeran Pamanah Sari meminta kepada ki Gendeng Tapa membawa putrinya untuk dinikahi oleh Pangeran Pamanah Sari, penawaran itu sudah diserahkan semuanya kepada Syekh Quro sebab Nyi Subang Larang sudah menjadi putri angkatnya Syekh Quro.
Pangeran Pamanah Sari datang lagi ke Syekh Quro. Setelah sampai ditempatnya Syekh Quro, Pangeran Pamanah Sari berbicara hanya pokok masalah penting saja, yaitu tentang mau menikahi Nyimas Subang Larang, Syekh Quro menerima lamaran Pangeran Pamanah Sari namun dalam masalah itu Syekh Quro meminta syarat yang harus di penuhi dan dilakukan yaitu ada 3 syarat :
Yang pertama harus masuk islam, yang kedua harus belajar ngaji, yang ketiga harus berangkat dulu ke haji, itulah 3 syarat yang diberikan oleh Syekh Quro kepada Pangeran Pamanah Sari.
Pangeran Pamanah Sari Kebingungan dengan persyaratan tersebut karena terlalu berat buat beliau karena beliau dari agama Hindu, tetapi karena ada yang ingin dicapai oleh Pangeran Pamanah Sari maka Pangeran Pamanah Sari memutuskan untuk menerima 3 syarat tersebut dan Syekh Quro berjanji menentukan waktu untuk mengislamkan Pangeran Pamanah Sari yaitu satu hari setelah Pangeran Pamanah Sari menyanggupinya, tidak terlalu lama waktu yang ditunggu telah tiba. Pangeran Pamanah Sari siap untuk di Islamkan, beliau datang kepada Syekh Quro untuk di Islamkan ketika sampai ke tempatnya Syekh Quro. Semua orang dikumpulkan ke dalam ruangan, ki Gendeng Tapa menyaksikan Pangeran Pamanah Sari di Islamkan, tidak terlalu lama Pengeran Pamanah Sari diberikan janji oleh Syekh Quro sambil memegang tangannya dengan mengucapkan dua kalimah Syahadat ( Syahadatain ) setelah selesai membaca Syahadat kemudian dicukur Rambut kekufurannya dan mandi masuk Islam kemudian disunat dan Pangeran Pamanah Sari dianggap sah menjadi muslim, seminggu kemudian  Pangeran Pamanah Sari langsung menjalankan syarat yang kedua yaitu belajar ngaji.
Syekh Quro langsung mengajarkan, siang malam Pangeran Pamanah Sari belajar ngaji dengan Syekh Quro, karena ingin bisa serta ingin cepat mengejar pada syarat yang ketiga, tidak lama kemudian setelah 5 bulan Pangeran Pamanah Sari bisa ngaji seperti membaca huruf arab, sholat, dan pemikiran Islam seperti apa artinya Islam, semua ilmu agama islam telah diserapnya.
Syekh Quro bingung dan heran Pangeran Pamanah Sari bisa belajar dengan cepat, padalah sampai tingkatan semua itu, bisa butuh waktu sekitar dua atau tiga tahun. Pangeran Pamanah Sari langsung meminta syarat yang ketiga yaitu naik haji, Syekh Quro langsung menyiapkan Pangeran Pamanah Sari sebab Pangeran Pamanah Sari mau dibawa ke Arab yaitu ke Mekah tampat orang naik Haji, beliau dikasih tahu dulu oleh Syekh Quro harus itikaf, berdiam diri di Mekah selama empat puluh hari.
Pangeran Pamanah Sari Berangkat ke Haji
Setelah Syekh Quro menjelaskan, Pangeran Pamanah Sari mengerti dan menyanggupi, pada malam itu juga Syekh Quro membawa Pangeran Pamanah Sari ke Mekah. Pangeran Pamanah Sari berangkat ke Mekah di bawa terbang oleh Syekh Quro sampai ke Mekah membutuhkan waktu satu malam, berangkat malam sampai subuh tiba di Mekah langsung sholat shubuh, setelah sholat subuh Syekh Quro dengan Pangeran Pamanah Sari istirahat dulu, setelah istirahat langsung melaksanakan ibadah haji sejak pertama melaksanakan sholat berjamaah sampai amalan-amalan yang diajarkan oleh Syekh Quro diamalkan, sehari penuh berkeliling Kabah.
Pangeran Pamanah Sari kebingungan kenapa dirinya jadi begini, sudah beberapa hari Pangeran Pamanah Sari ada perubahan dalam dirinya sedikit-sedikit dosa dan kajadian-kajadian oleh beliau yang dialami seperti nyata kelihatan nampak seperti mimpi buruk atau jelek, Pangeran Pamanah Sari sampai menangis habis-habisan di depan Kabah. Semenjak itu Pangeran Pamanah Sari percaya Islam dan percaya adanya Allah, empat puluh hari tidak terasa sudah berlalu Pangeran Pamanah Sari dibawa pulang oleh Syekh Quro setelah sampai kembali ke tempat, banyak yang berkumpul menunggu yang pulang dari haji.
Malam itu juga Syekh Quro dengan Pangeran Pamanah Sari sudah sampai ditempat, pulang dari haji. Karena malam itu sudah pada lelah tidak terlalu lama setelah mengobrol lalu istirahat.
Ayam sudah bekokok yang artinya waktu sholat subuh, Pangeran Pamanah Sari yang biasanya bangun pagi setelah mata hari bersinar, tetapi sekarang masih gelap juga sudah bangun untuk sholat subuh dengan Syekh Quro, setelah sholat subuh Pangeran Pamanah Sari melanjutkan Wirid dan dzikir sampai matahari terbit.
Setelah selesai wirid dan Dzikir , Pangeran Pamanah Sari ditanya oleh Syekh Quro dalam masalah pernikahannya dengan Nyai Subang Larang, dari situ Pangeran Pamanah Sari ingin bicara dulu kepada semuanya, karena sebelumnya beliau ada niat hati yang jelek, setelah belajar dengan Syekh Quro, Pangeran Pamanah Sari mengalami banyak perubahan dalam dirinya dan tahu mana ajaran yang benar dan mana ajaran yang salah, oleh karena itu Pangeran Pamanah Sari menjelaskan yang sebenarnya bahwa dia yang sebenarnya adalah Raja di Kerajaan Pajajaran, setelah di jelaskan ada yang terkejut, ada yang langsung menyembah dan sebagainya, tetapi Syekh Quro biasa saja karena sudah tahu dari awalnya juga, tidak ada yang membuat marah satupun malahan senang Pangeran Pamanah Sari berterus terang.

Pamanah Sari Menikah dengan Nyimas Subang Larang
Dikarenakan Syekh Quro sudah berjanji kepada Pangeran Pamanah Sari dalam syarat yang ketiga yaitu menikahkan Nyimas Subang Larang dengan Pangeran Pamanah Sari. Pangeran Pamanah Sari langsung gembira mendengar perkataan Syekh Quro, semua yang ada disitu terus memastikan atau menentukan hari-harinya untuk pernikahan yang baik, Itu semua diserahkan kepada Syekh Quro yang lebih mengetahui waktu yang baik. Tidak lama waktu sudah ditentukan oleh Syekh Quro, ada waktu tiga hari untuk mempersiapkannya. Waktu tiga hari terasa cepat tidak disangka-sangka Pangeran Pamanah Sari menikah juga dengan Nyimas Subang Larang, pada hari itu pesta besar dilaksanakan, namun hanya dipenuhi oleh para santri Syekh Quro saja dari pertama sampai akhir ( yakni tanpa memberitahukan ayahandanya dan  rakyat pajajaran ).
Pangeran Pamanah Sari Menjadi Penguasa di Cirebon dan Bergelar Prabu Siliwangi
Kemudian Pangeran Pamanah Sari Menikah dengan Nyimas  Ambet Kasih putri kandung Raja Sindang kasih ( Majalengka ) yakni putri Ki Gedeng Sindangkasih
Pangeran Pamanah Sari dengan Nyimas  Ambet Kasih sudah resmi menjadi suami istri. Pangeran Pamanah Sari berkumpul dengan istri-istrinya menjadi hidup bersama-sama. Tidak lama kemudian Ki Gedeng Sindangkasih menyerahkan sebagian tanah Cirebon karena yang sebagian lagi kepunyaan Ki Gendeng Tapa Raja singapura, lantas Pangeran Pamanah Sari menerima pemberian mertuanya itu, tidak lama kemudian Ki Gendeng Tapa sudah tua dan berusia lanjut akhirnya yang sebagiannya lagi di berikan juga kepada Pangeran Pamanah Sari, jadi tanah Cirebon di pegang oleh Pangeran Pamanah Sari semuanya, tidak lama kemudian para sesepuh berkumpul dengan Pangeran Pamanah Sari, Ki Gedeng Tapa, Ki Gedeng Sindangkasih, Ki Dampu Awang dan Ki Susuk tunggal, beserta istri-istrinya Pangeran Pamanah Sari yakni ada 4 : Nyimas  Ambet Kasih putri kandung Ki Gedeng Sindangkasih, Nyimas Subang Larang, Nyimas  Aciputih Putri dan Nyimas Ratna Mayang Sunda/ Nyimas Kentring Manik
Istri yang pertama Nyimas Aciputih Putri dari Ki Dampu Awang, istri yang kedua yaitu Nyimas Subang Larang putri Ki Gedeng Tapa yang ketiga yaitu Nyimas  Ambet Kasih putri kandung Ki Gedeng Sindangkasih yang ke empat yaitu Nyimas Ratna Mayang Sunda / Nyimas Kentring Manik putri Ki Susuk Tunggal. Semuanya pada kumpul sebab Pangeran Pamanah Sari sakti mandra guna dan pintar, terkenal dimana-mana yang menguasai kerajaan Pajajaran, Pangeran Pamanah Sari oleh sesepuh di beri julukan SANG PRABU SILIWANGI yang artinya raja kerajaan Pajajaran yang harum dimana-mana terkenal dimana-mana, Pangeran Pamanah Rasa atau Pangeran Pamanah Sari menjadi terkenal dengan gelar Sang Prabu Siliwangi.
Prabu Siliwangi hidup jaya sampai dengan beliau mempunyai putra dari istri yang pertama
Yakni dari Nyimas  Aciputih Putri dari Ki Dampu Awang  berputra :
1.      Mundingsari Ageung  / Raden Arya Seta
2.      Munding Kelemu Wilamantri / Mantri Kasurudan Tapa / Mantri Kasurutapa
3.      Munding Dalem
4.      Dalem Manggu Larang
5.      Balik Layaran alias Sunan Kebo Warna
Dan dari istri yang kedua,
Yakni dari Nyimas Subang Larang mempunyai 2 orang putra dan 1 orang putri :
1. Pangeran Cakrabuana / Walangsungsang ( H. Abdullah Iman bergelar  Sunan Caruban),
2. Syarifah Muda`im  Nyimas Lara Santang dan
3. Raja Sangara / prabu kiansantang ( H.Mansur bergelar Sunan Rohmat Suci Godog garut ). Ketiga-tiganya masuk Islam.seperti kata pepatah orang sunda “uyahmah tara tees ka luhur “ artinya Sifat orang tua turun ke anak, mana mungkin ayahnya hindu anaknya Islam, karena keumuman orang sunda menganut Islam tabi`i yakni islam turunan , karena ayahnya Islam maka anaknya juga Islam.
Dan dari istri yang ketiga,
Yakni dari Nyimas  Ambet Kasih mempunyai 2 putra yakni :
1.      Prabu Liman Sanjaya, dan
2.      Raden Sake alias Prabu Wastu Dewata/ prabu basudewa

Dan dari istri yang keempat,
Yakni dari Nyimas Ratna Mayang Sunda / Nyimas Kentring Manik berputra :
1.      Prabu  Surawisesa / Raden Jaka mangundra Prabu Guru Gantangan / Munding Laya Dikusuma/ Jaka Puspa /
2.      Raden  Gantangan Wangi Mangkurat Mangkunagara
3.      Raden Gantang Nagara
4.      Raden Gantang Pakuan / Raden Ne-Eukeun
5.      Raden Meumeut raden Ameut / Raden Ceumeut
Prabu Siliwangi Menghilangkan
Kerajaan Pajajaran Pindah ke Alam Jin ( Alam Ghaib )
Prabu Siliwangi dari keempat istrinya beliau mempunyai keturunan sampai beliau lupa terlalu lama tinggal di Cirebon. Tidak lama kemudian datanglah perajurit Pajajaran yang di utus oleh panglimanya untuk menjemput Prabu Siliwangi kembali pulang ke kerajaan, karena Kerajaan Pajajaran membutuhkan seorang Raja.
Prabu Siliwangi bingung karena sudah berbeda agama. Prabu Siliwangi sudah muslim sedangkan di kerjaan Pajajaran masih beragama Hindu. Akhirnya prabu Siliwangi Mengambil jalan pintas untuk menyelesaikan masalah itu.
Sebelum Pergi Prabu Siliwangi berpesan kepada seluruh istrinya agar tanah Cirebon dan ajarannya harus turun-temurun sampai pada anak cucu mereka. Lalu Prabu Siliwangi berangkat kembali ke karajaan Pajajaran bersama para prajurit dan ditemani oleh macan putih dari bangsa jin yang telah diangkat menjadi panglima oleh Prabu Siliwangi.
Waktu Yang dibutuhkan untuk kembali ke kerajaaan pajajaran sekitar 3 hari, tetapi karena Prabu Siliwangi telah mempunyai Ilmu Saefi Angin maka tak disangka-sangka mereka bisa sampai tujuan hanya dalam waktu setengah hari.
Seluruh rakyat Kerajaan dan segenap keluarga Menyambut kedatangan Prabu Siliwangi,mereka menyembah Prabu sepanjang jalan menuju Kerajaan, lalu Prabu di sambut dengan suka cita oleh kakeknya Panglima Eyang Jaya Karsa, Prabu Siliwangi masuk ke dalam kerajaan tak ada yang berubah satu pun di kerajaan masih seperti waktu di tinggalkan dulu.
Beberapa hari terakhir Prabu Siliwangi memikirkan bagaimana Fitnah dari rakyat-rakyatnya apabila mereka tahu bahwa dirinya Sudah di Islamkan oleh Syekh Quro. Sebenarnya Beliau Telah memikirkan hal ini semenjak berada di tanah Cirebon bagaimana caranya supaya menghilangkan Fitnah atau perkataan-perkataan dari rakyatnya yang tidak tahu tentang agama, tidak lama kemudian Prabu Siliwangi mendatangi Macan Putih panglimanya Supaya Membantu Negara Pajajaran Di Pindahkan Ke alam Jin ( alam Ghaib ). Prabu Siliwangi Menunggu datangnya Bulan Purnama untuk menjalankan Rencananya itu Ketika Pintu GHAIB terbuka, kebetulan datangnnya Bulan purnama hanya 2 Hari lagi, sambil menunggu Prabu Siliwangi bersama macan putih malam-malam pergi ke batas Kerajaan Pajajaran untuk menanam pohon jeruk, dari batas kerajaan supaya ketika Menghilang tidak meninggalkan jejak sedikitpun dan tidak ada bukti apapun.
Akhirnya Malam kedua di bulan Purnama waktu yang telah ditentukan oleh Prabu Siliwangi Datang Juga, Beliau Bersama Macan Putih menyireup agar semua rakyatnya tidak ada yang mengetahui satu juga pindahnya karajaan Pajajaran dari alam dzohir ke alam ghaib. Prabu Siliwangi langsung memindahkan kerajaan tersebut dengan orang-orangnya, memakai ilmu dengan dibantu oleh Macan Putih menghilang. Nah semua negara kerajaan Pajajaran pindah dari alam dzohir ke alam ghaib.